Jumat, 09 Maret 2012

Ekonomi ~ Pendapatan Nasional+Inflasi+Indeks harga



 Pada post an kali ini saya akan membagikan informasi_informasi tentang pendapatan nasional,inflasi dan indeks harga...let's read readers^^



Pendapatan Nasional

berdasarkan http://economypoenyayasmine.blogspot.com/2010/02/pendapatan-nasional-dan-inflasi.html dapat diketahui bahwa pendapatan nasional adalah
   
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun.

Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP) yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh Negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar. Pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam kurun waktu tertentu yang biasanya satu tahun yang dinyatakan dalam satu uang.

Konsep pendapatan nasional secara berturut-turut. 

1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara (domestik) selama 1 (satu) tahun. Termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah Negara yang bersangkutan seperti barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya.
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto ata PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu Negara (nasional) selama 1 tahun. Dalam pengertian GNP ini, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Negara tersebut.
3. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Produk Nasional Neto (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan yang disebut juga replacement dari barang modal.
4. Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
Pendapatan Nasional Neto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung.
5. Pendapatan Perseorangan (Personal Income)
Pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun. Penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa proses produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun yang lalu. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan terlebih dahulu NNI harus dikurangi dengan :
a. Pajak laba perusahaan, yaitu pajak yang dibayar oleh setiap badan kepada pemerintah,
b. Laba yang tidak dibagi, yaitu sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan, dan
c. Iuran pension, yaitu iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan masuk untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja (pension). Termasuk iuran jaminan sosial dan iuran asuransi.
6. Pendapatan yang Dapat Dibelanjakan (Disposable Income)
Disposable income adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

 Pendapatan per Kapita

1. Arti Pendapatan per Kapita dan Tingkat Pertumbuhan
Pendapatan rakyat Indonesia pertahun bisa diketahui dari besarnya pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia. Inilah yang dimaksud pendapatan per kapita atau pendapatan rata-rata rakyat Indonesia.
Pendapatan perkapita pada tahun tertentu adalah pendapatan rata-rata penduduk yang bersangkutan. Pendapatan perkapita terhitung secara berkala, biasanya per satu tahun. 

2. Perkembangan Pendapatan per Kapita
Manfaat perhitungan pendapatan adalah sebagai berikut.
a. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu Negara dengan Negara lain.
b. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu Negara dengan Negara lainnya
c. Sebagai data untuk kebijakan atau sebagai bahan baku pertimbangan mengambil kebijakan atau sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi
d. Sebagai data untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu Negara dai tahun ke tahun. 

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan, danevaluasi hasil-hasil pembangunan.
PDRB merupakan jumlah bruto yang dihasilkan suatu daerah dalam satu tahun tertentu. PDRB tidak seluruhnya menjadi pendapatan dari penduduk atau pemilik factor produksi yang tinggal di daerah tersebut sebab ada sebagian pendapatan yang diterima penduduk daerah lain. 

Metode Penghitungan Pendapatan Nasional

Biasanya orang hanya akan menghitung PDB atau GDP karena GNP dapat diperoleh dengan menambahkan PDB atau GDP dengan net income from abroud. Untuk menghitung pendapatan nasional dapat digunakan tiga metode.
1. Pendekatan Produksi
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan produksi adalah menjumlahkan produksi total masing-masing sector ekonomi. Atau, menjumlahkan secara keseluruhan nilai tambah (value added) dari semua sector ekonomi.
2. Pendekatan Pendapatan
Pendapatan nasional ditentukan dengan menjumlahkan pendapatan yang diperoleh para pekerja, pendapatan para pengusaha, dan pendapatan pemilik modal yang dapat berupa upah atau gaji, bunga modal, dan laba.
3. Pendekatan Pengeluaran
Berdasarkan metode ini, pendapatan nasional dapat dihitung dari seluruh pengelauran yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Pengeluaran masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ( C )
b. Pengeluaran konsumsi pemerintah, baik pusat maupun daerah (G).
c. Pembentukan modal tetap bruto seperti persediaan barang-barang dan alat-alat produksi tahan lama (I)
d. Ekspor barang dan jasa (X)
e. Impor barang dan jasa sebagai pengurang (M) 

Produk Domestik Bruto dengan Kemakmuran

Semakin tinggi produksi masyarakat, semakin tinggi pula pendapatan nasional. Perbandingan antara tingkat pendapatan nasional dengan banyaknya jumlah penduduk dan penerima pendapatan di kalangan penduduk menunjukkan tingkat kemakmuran.
Untuk mencapai tingkat kemakmuran suatu Negara dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis, yaitu suatau keadaan yang menggambarkan peningkatanp roduk domestic bruto dari masyarakat suatu Negara.
 Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan melewati tahap-tahap tertentu sebelum mencapai tingkat yang tertinggi. Pembangunan ekonomi juga harus ditandai dengan perubahan dalam struktur sosial dan sikap mental masyarakat.
Jadi, pembangunan ekonomi adalah sarana untuk meningkatkan produksi masyarakat sehingga dengan meningkatnya produksi akan semakin meningkatkan pula pendapatan nasional.


Inflasi 

diambil dari sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi  inflasi adalah inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Tiga aspek penting dalam definisi inflasi, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi/actual pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus, yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja.
c. Mencakup pengertian tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu waktu atau beberapa komoditas saja.
Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjadi dua.
a. Inflasi yang berasal dari luar negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Sebab-sebab Timbulnya Inflasi
1) Tarikan Pemerintaan (Demand Pull Inflation)
Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
2) Desakan Biaya (Cost Push Inflastion)
Biasanya pada batas demand inflation ada kecenderungan untuk meningkatkan produksi akibat meningkatnya permintaan dari masyarakat, akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan menurunnya omzet penjualan sebagai akibat kelesuan pasar sekalipun harga meningkat.
3) Inflasi Campuran
Inflasi campuran adalah inflasi yang terjadi disebabkan oleh kombinasi (campuran) antara unsur inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya.
4) Inflasi Impor atau Imported Inflation
Inflasi jenis ini terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri, yaitu akibat danya perdagangan antarnegara.

 Pengukuran Laju Inflasi
Untuk menentukan berapa besar kenaikan harga barang terlebih dahulu dihitung angka indeks harga. Angka indeks harga adalah perbandingan harga-harga barang tertentu pada suatu periode yang berbeda atau pada periode yang sama dalam bentu persentase.

Cara Pengukuran laju Inflasi
a. GNP Deflator
GNP deflator adalah suatu indeks harga yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang dalam GNP guna mendapatkan nilai riil GNP.
b. Indeks Harga Konsumen (IHK)
c. Cara-cara Mengatasi Inflasi

1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) tujuannya menjaga kestabilan moneter agar kesejahteraan rakyat meningkatkan.

2. Kebijakan Fiskal 
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter, ada 3 (tiga) cara yang dilakukan dalam kebijakan fiscal, yaitu sebagai berikut.
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
b. Menaikkan tarif pajak.
c. Mengadakan pinjaman pemerintah. 

3. Kebijakan Nonmoneter (Kebijakan Riil)
Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut.
a. Menaikkan hasil produksi agar tingkat konsumsi bertambah, sehingga akan menambah uang beredar.
b. Kebijakan upah yang disepakati dengan serikat-serikat buruh agar tidak terjadi banyak tuntutan selama inflasi.
c. Pengawasan dan epnetapan harga karena pengawasan yang tidak intensif dapat menimbulkan pasar gelap (black market).

Dampak Inflasi 

1) Dampak inflasi terhadap perekonomian sebagai berikut.
a) invenstasi berkurang akibat turunnya nilai uang yang mengurangi minat orang untuk menabung dan pertumbuhan output nasional dapat turun.
b) Mendorong tingkat bunga melalui lembaga keuangan/perbankan untuk menghindari merosotnya nilai uang.
            c) Mendorong tindakan spekulatif.

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
  1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
  2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
  3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
  4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun )
Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
  1. Kelompok Bahan Makanan
  2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Kelompok Perumahan
  4. Kelompok Sandang
  5. Kelompok Kesehatan
  6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
  7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
    Perkembangan Inflasi Di Indonesia 

    Menurut http://muhammadsoleh.blogspot.com/2008/02/perkembangan-moneter-inflasi-indonesia.html perkembangan inflasi di indonesia yakni Bila ditinjau dalam jangka panjang, sejak kemerdekaan, upaya Pemerintah Indonesia menjaga kestabilan mata uang telah menuju kearah yang lebih baik. Prof. M. Sadli, 2005, mengungkapkan “Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Sukarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Suharto pemerintah berusaha menekan inflasi akan tetapi tidak bisa di bawah 10% setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah.”
    Pada tahun 1990-an, Pemerintahan Soeharto juga sebenarnya telah mampu menjaga tingkat inflasi dengan rata-rata di bawah 10%. Hanya saja ketika memasuki masa krisis moneter Indonesia (dan Asia) 1997 Inflasi kembali meningkat menjadi 11,10% dan kemudian melompat menjadi 77,63% pada tahun 1998, di mana saat itu nilai tukar rupiah juga anjlok dari Rp 2.909,- per dolar AS (1997) menjadi Rp 10.014,- per dolar AS (1998). Setelah itu Pemerintahan Habibie melakukan kebijakan moneter yang sangat ketat dan menghasilkan tingkat inflasi yang (paling) rendah yang pernah dicapai yaitu sebesar 2,01% pada tahun 1999.
    Selanjutnya pada tahun 2000 hingga 2006 Inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10%. Inflasi tahun 2005 dengan nilai sebesar 17,11% adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998), tekanan akan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebakan Pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia mengingat konsumsi BBM mencapai 47.4 % (tahun 2000) dari total konsumsi energi Indonesia.
    Inflasi dua tahun terakhir bergerak pada angka yang sangat mendekati yaitu 6,60% (2006) dan 6,59% (2007). "Inflasi selama dua tahun terakhir itu hampir sesuai target yang direncanakan, kata Direktur direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Made Sukada ..." (Kapanlagi.com, 2008). Bila saja inflasi yang terjadi pada tahun 2005 dapat diabaikan dengan alasan bahwa BBM sebagai faktor utama yang mempengaruhi inflasi tahun 2005 berada diluar kendali Pemerintah, maka tingkat inflasi dalam 5 tahun terakhir dapat dikatakan cukup terkendali.
    Pemerintah (pasca reformasi) sepertinya telah berusaha keras menjaga tingkat inflasi, namun berbagai tekanan dari dalam dan luar negeri pasca reformasi (1997) masih sangat tinggi mempengaruhi pergerakan perekonomian Indonesia. Inflasi yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi Malaysia dan Thailand yang berkisar 2%, bahkan Singapura yang berada di bawah 1%. Bila sektor-sektor riil dalam negeri tidak dibangkitkan maka upaya di sektor moneter menjaga kestabilan makro ekonomi dalam jangka panjang hanya akan menjadi hal yang sia-sia.
    Indeks Harga

    Menurut http://unstats.un.org/, indeks harga merupakan sebuah rataan dari perubahan harga yang proporsional pada suatu barang atau jasa tertentu antara dua periode waktu. Perubahan harga dan kuantitas menunjuk pada barang-barang atau jasa yang bersifat individual yang jelas berbeda satu sama lainnya dalam sebuah kelompok poduk yang serupa. Kualitas yang berbeda pada jenis produk yang sama harus diperlakukan berbeda pula sebagai jenis barang atau jasa yang terpisah sesuai dengan konteks permasalahan.
    Menurut http://encyclopedia2.thefreedictionary.com, indeks harga atau “Price Indexes” merupakan suatu ukuran yang dapat menggambarkan perubahan dalam satu set harga, yang terdiri dari data seri berurutan sehingga dapat dilakukan perbandingan nilai antar dua periode atau tempat yang akan menunjukkan perubahan dalam harga antar periode atau perbedaan dalam harga antar tempat dalam satuan waktu tertentu. Indeks harga yang dimaksud dalam perhitungan ini adalah perbandingan perubahan harga dari satu periode ke periode berikutnya dalam suatu kurun atau range waktu tertentu. Sehingga perubahan harga tersebut dapat dianalisis apakah naik atau turun dari periode sebelumnya.
    Indeks harga sangat penting untuk praktisi ekonomi, pemerintah, dan public umum. Indeks harga terdiri dari instrument yang mengukur harga pergerakan relatif dan inflasi. Indeks harga juga dapat untuk mengukur level harga ekonomi, dan pada tingkat mana terjadi sebuah fenomena inflasi. Informasi-informasi ini sangat berguna untuk bank sentral di suatu negara sebagaimana bank sentral akan menentukan kebijakan moneter. Indeks harga juga dapat digunakan untuk mengukur statistik ekonomi yang lain, misalnya Gross Domestik Bruto (GDP).
    Perhitungan Indeks Harga
    Dalam menghitung indeks harga, para pakar ekonomi merumuskan formula indeks harga yang berbeda-beda metode dan cara perhitungannya. Berikut tabel yang berisikan formula-formula yang dirumuskan oleh para pakar ekonomi dalam perhitungan indeks harga.
    Dalam perhitungan pencarian indeks harga, metode yang paling sering dan umum untuk digunakan adalah metode Laspeyres (Etienne Laspeyres) dan metode Paasche (Hermann Paasche). Pada kedua metode tersebut, didefinisikanlah sebuah rataan harga (unit value) atau volume relatif yang mempunyai bobot masing-masing yang berasal dari nilai individu tiap barang, yang selanjutnya nilai unit value pada suatu periode tertentu dibandingkan dengan periode berikutnya apakah terjadi kenaikan atau penurunan.
    Pada dasarnya perhitungan Indeks harga menurut formula metode Laspeyres dan metode Paasche tidak jauh berbeda satu sama lain. Letak perbedaannya adalah terletak pada metode pembobotan nilai dari tiap komoditi. Berdasarkan formula Paasche, bobot dikalkulasikan pada tiap periode tertentu, misalnya, pada bulan atau triwulan tertentu. Oleh sebab itu, perubahan yang dihasilkan pada perhitungan akan mengikuti perubahan bobotnya, dalam hal ini bobot tiap periode akan berubah, dan nilai indeks harganya pun akan mengikuti perubahan bobot tersebut. Sehingga indeks harga ini cenderung akan meredam perubahan harga dikarenakan ada pengaruh perubahan bobot tersebut.
    Sedangkan berdasarkan formula Laspeyres, perhitungang pembobotan dibuat berdasarkan bobot pada tahun tertentu yang dijadikan dasar (base year). Oleh sebab itu, indeks tidak akan terpengaruhi untuk mengikuti perubahan bobot dari periode ke periode, karena bobot yang digunakan adalah bobot tahun tertentu yang menjadi dasar. Sehingga perhitungan indeks harga yang menggunakan formula Laspeyres ini cenderung akan bernilai lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan indeks harga dengan formula Paasche.
    Pada perhitungan indeks harga, nilai atau value di peroleh dari:
    vij = pij x qij
    Keterangan :
    vij = nilai ekspor/impor dari produk ke- i pada periode ke- j.
    pij = harga (unit value) ekspor/impor dari produk ke- i pada periode ke- j.
    qij = jumlah (volume) ekspor/impor dari produk ke- i pada periode ke- j.

    Formula Laspeyres

    Indeks harga Laspeyres (Lp) di definisikan sebagai rataan aritmatik yang mempunyai bobot terhadap harga relatif yang menggunakan bobot nilai pada periode yang menjadi tahun dasar (misal pada tahun 2000) sebagai bobotnya. Berikut rumus atau formula untuk menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Laspeyres.

    Formula menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Laspeyres
    Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada tahun dasar, yaitu tahun tertentu yang telah ditetapkan. Indeks pertumbuhan harga ini dapat dilihat dari rumus pit/pio, yaitu nilai pertumbuhan harga dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selanjutnya nilai pertumbuhan harga itu akan dikalikan bobot dari nilai masing-masing komoditi pada tahun dasarnya saja.
    Misalnya, diambil tahun 2000 menjadi tahun dasar, maka yang dihitung hanya bobot pada tahun 2000 saja yang dihitung dan akan dijadikan nilai bobot untuk tahun berikutnya. Sehingga nilai indeks harga yang dihasilkan tidak mengikuti perubahan bobot yang seharusnya terjadi tiap tahun, karena bobot yang digunakan adalah tetap, yaitu menggunakan bobot pada tahun dasarnya saja. Nilai indeks harga yang dihasilkanpun lebih smooth gejolaknya, sehingga dapat memudahkan analisis pertumbuhannya.
    Formula Laspeyres juga dapat digunakan untuk menghitung indeks volume (Lq). Pertumbuhan (growth) yang dilihat adalah nilai volume/kuantitas/berat bersih dari komoditi ekspor atau impor tersebut. Tujuan perhitungannya juga tidak berbeda dengan perhitungan indeks harga, yaitu agar dapat diketahui pertumbuhan volume riil atau nilai indeks yang sebenarnya di lapangan.
    Rumus untuk menghitung indeks volume dengan menggunakan formula Laspeyres adalah sebagai berikut.

    Formula menghitung indeks volume dengan menggunakan formula Laspeyres
    Periode waktu yang menentukan bobot untuk indeks harga disebut periode dasar, yang dijadikan tahun acuan untuk menjadi bobot.  Seringkali periode tersebut bertepatan dengan referensi periode yang akan dijadikan perbandingan. Rumus atau formula ini dapat di subtitusikan dengan rumus yang telah dijelaskan diatas, dimana vj sama dengan pj x qj.

    Formula Paasche

    Indeks harga Paasche (Pp) berbanding terbalik dengan formula Laspeyres, formula Paasche menggunakan nilai terakhir pada tiap periode tertentu tersebut untuk menjadi bobot pada perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dangan perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche.

    Formula menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche
    Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Indeks pertumbuhan harga ini dapat dilihat dari rumus pt/p0, yaitu nilai pertumbuhan harga dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selanjutnya nilai pertumbuhan harga itu akan dikalikan bobot dari nilai masing-masing komoditi di tiap tahunnya.
    Misalnya, terdapat data dari tahun 2000-2005, maka indeks pertumbuhan harga tiap tahun akan dikalikan dengan hasil pembobotan nilai komoditi tersebut terhadap nilai total komoditi tersebut tiap tahunnya. Indeks pertumbuhan (pt/po) pada tahun 2001 akan dikalikan dengan bobot nilai suatu komoditi pada tahun 2001 itu juga, tidak ada tahun yang menjadi acuannya. Jadi perhitungan pembobotan dihitung tiap periodenya dan dikalikan dengan indeks pertumbuhan harga pada masing-masing periode tersebut. Dengan formula Paasche ini, nilai indeks harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.
    Formula Paasche juga dapat digunakan untuk menghitung indeks volume (Pq). Pertumbuhan (growth) yang dilihat adalah nilai volume/kuantitas/berat bersih dari komoditi ekspor atau impor tersebut. Tujuan perhitungannya juga tidak berbeda dengan perhitungan indeks harga, yaitu agar dapat diketahui pertumbuhan volume riil atau nilai indeks yang sebenarnya di lapangan.
    Rumus untuk menghitung indeks volume dengan menggunakan formula Paasche adalah sebagai berikut.

    Formula menghitung indeks volume dengan menggunakan formula Paasche
    Bobot yang dihasilkan oleh formula Paasche ini berbeda tiap periodenya. Bobot ini dilihat dari nilai dari komoditi tersebut dibandingkan dengan nilai total komoditi pada periode tersebut. Rumus atau formula ini dapat di subtitusikan dengan rumus yang telah dijelaskan diatas, dimana vj sama dengan pj x qj.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar